Sunday, 2 August 2015

1. Tidak ketat,
celana-ketat-jeans
Celana jeans ketat tengah digandrungi oleh para remaja pria saat ini. Entah siapa yang pertama kali mempopulerkannya, yang pasti tak susah menemukan pria yang senang mengenakan celana jeans ketat. Namun perlu diketahui, celana jeans ketat ternyata tidak baik untuk kesehatan, terutama kesehatan sekitar selangkangan. Sebuah penelitian mengungkapkan, celana jeans ketat dapat menyebabkan infeksi saluran kemih, testis yang memutar, kandung kemih yang melemah, ketidaksuburan dan konsekuensi kesehatan jangka panjang lainnya. Juru bicara dari salah satu produsen celana jeans ternama, Dr Hilary Jones, menjelaskan bahwa pria yang memakai celana atau pakaian dalam ketat di sekitar area selangkangan ketat, atau tidak pas dapat merusak kesehatan pria yang mengenakannya. “Mengenakan pakaian ketat selama jangka waktu yang cukup panjang, dapat menyebabkan infeksi saluran kemih, yang dapat menyebabkan kelemahan pada kandung kemih itu. Selain itu, jumlah sperma akan menurun, dan terjadi infeksi jamur,” kata Hilary Jones, dikutip Urbanpstng, Rabu (11/9/2013) Para tim medis pun telah memperingatkan, untuk pria lebih berhati-hati dalam memilih celana jeans yang akan digunakan. Bila terlalu sering, dampaknya sangat tidak baik untuk reproduksi pria di masa yang akan datang.
2. Tidak transparan,
Jelas kita tidak dibenarkan menggunakan pakaian yang transparan, karena hakikat berpakaian adalah menutup aurat.
3. Tidak menyerupai pakaian orang kafir dan fasiq,
4. Bukan pakaian yg dpt menarik perhatian kebanyakan orang atau karena menyelisihi pakaian masyarakat setempat selama tdk melanggar aturan syari’at,
5. Tidak menutupi mata kaki,
cingkrang
6. Tidak berlebihan atau boros (relatif). Inilah kriteria pakaian syar’i.
Jadi tidak harus pakai gamis + celana putih. Kita para lelaki muslim di Indonesia pakai baju koko / baju taqwa + sarung atau celana/sirwal asalkan memenuhi kriteria di atas sudah termasuk pakaian Islami. Warna celana juga boleh selain putih, spt hitam, coklat, biru, hijau, dll.
Adapun masalah jenggot, bagi laki2 yg tumbuh jenggotnya maka hendaknya dibiarkan tumbuh dan dipelihara, jangan dicukur atau dipendekkan karena ini diperintahkan oleh Nabi dlm bebrp hadits shohih dlm rangka menyelisihi kaum yahudi, majusi dan orang2 musyrik yg biasa mencukur atau memendekkan jenggot. Adapun bagi laki2 yg sudah dewasa dan sampai punya anak dan putu (cucu) ternyata belum tumbuh juga jenggotnya maka ia tidak apa-apa (yakni tidak berdosa), karena Allah telah menentukan demikian.
wallahua'lam.

Petua Untuk Mempunyai Sifat Sabar


1. Jangan terlalu memikirkan mengenai masalah, sakit kepala dan kesakitan serta mengharapkan simpati dan perhatian daripada orang lain.

2. Terimalah hakikat bahawa lebih banyak perhatian yang anda berikan kepada perkara-perkara ini lebih teruklah keadaan anda nanti. Semua perkara akan menjadi kelam kabut dan hati anda terluka dan berasa tidak sabar kerana orang lain tidak ambil peduli.

3. Jangan fikir anda harus menunjuk kepada orang lain bahawa anda berada dalam keadaan yang betul dan dapat memenangi hati mereka dalam setiap perkara yang anda lakukan.

4. Terimalah hakikat betapa sukarnya untuk menyenangkan hati setiap orang pada setiap masa. Pastikan bahawa anda bersikap adil dan wajar dan biarkan masa menentukannya.

5. Jangan fikir anda mengetahui benar apa yang terbaik untuk orang lain.

6. Terimalah hakikat sementara anda boleh terus cuba memujuk, tetapi akan menimbulkan kesusahan untuk mengharapkan mereka melakukan apa yang anda hendakkan. Ini tentunya mencetuskan ketidaksabaran ke atas kedua-dua pihak.

7. Jangan memikirkan bahawa kerana terdapat mereka yang tidak bersetuju dengan anda, mereka bersifat tidak wajar terhadap anda.

8. Terimalah hakikat bahawa manusia berhak kepada pandangan yang dikemukakan. Anda mengharapkan mereka membenarkan anda mendapat hak yang sama itu.

9. Jangan fikirkan mengenai semua perkara buruk yang akan berlaku ke atas diri anda.

10. Terimalah keadaan bahawa setiap orang mempunyai masa rehatnya. Cuba lihat di luar daripada diri anda.

11. Bersimpati terhadap orang lain akan membantu anda bersifat lebih sabar.

12. Jangan fikirkan bahawa sifat yang tidak menentu itu dalam diri seseorang adalah terlalu penting.

13. Terimalah hakikat kadangkala diri kita yang baik inipun boleh mengalami sifat berubah-ubah atau tidak menentu itu. Hadapilah dengan tenang dan cubalah kawal sifat berubah-ubah diri anda itu.

14. Jangan tinggikan suara atau perkataan yang menyebabkan seseorang 
       sakit hati atau terkejut dengan perkataan yang kurang elok. Firman 
       Allah dalam surah Al Hujurat ayat 2:

      يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَرْفَعُوا أَصْوَاتَكُمْ فَوْقَ صَوْتِ النَّبِيِّ وَلَا تَجْهَرُوا لَهُ بِالْقَوْلِ كَجَهْرِ بَعْضِكُمْ لِبَعْضٍ أَنْ تَحْبَطَ أَعْمَالُكُمْ وَأَنْتُمْ لَا تَشْعُرُونَ

Maksudnya:

Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu mengangkat suara kamu melebihi suara Nabi, dan janganlah kamu menyaringkan suara (dengan lantang) semasa bercakap dengannya sebagaimana setengah kamu menyaringkan suaranya semasa bercakap dengan setengahnya yang lain. (Larangan yang demikian) supaya amal-amal kamu tidak hapus pahalanya, sedang kamu tidak menyedarinya.

Wallahua'lam.

Saturday, 1 August 2015

ISBAL.


ISBAL
Pakaian merupakan nikmat agung yang telah Allah Ta’alaanugerahkan kepada hamba-hamba-Nya, supaya mereka menutup aurat mereka dengannya. Kemudian, Allah menambahkan kenikmatan tersebut dengan menganugerahkan ‘riyaasy’ (pakaian indah) sebagai perhiasan. Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepada kalian pakaian untuk menutupi aurat kalian dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang lebih baik. Hal itu semua merupakan ayat-ayat Allah, supaya mereka berdzikir mengingat-Ku.” (QS. Al-A’raf : 26). Oleh karena itu, seorang Muslim hendaknya memperhatikan ada-adab yang berkaitan dengan pakaian.

Wajib menutup aurat
Imam Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan dalam tafsirnya terhadap ayat di atas, “Allah telah memberikan kenikmatan kepada hamba-hamba-Nya berupa pakaian dan raisy (pakaian indah). Pakaian digunakan untuk menutup aurat, dimana hal ini merupakan perkara yang wajib; sedangkan raisy digunakan untuk perhiasan, dimana hal ini merupakan penyempurna dan tambahan.” (Tafsirul Quranil ‘Adziim). Menutup aurat merupakan adab mulia yang diperintahkan dalam agama islam. Bahkan, seseorang dilarang melihat aurat orang lain, karena hal tersebut dapat menimbulkan kerusakan dan syariat menutup semua celah terjadinya kerusakan. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah seorang laki-laki melihat aurat laki-laki lainnya. ….” (HR. Muslim). Jumhur ulama mengatakan bahwa aurat laki-laki ialah dari lutut hingga pusar.

Mengenakan pakaian sederhana
Hendaknya seorang muslim meninggalkan pakaian mewah dan mahal. Hal ini dapat menjauhkannya dari sifat sombong dan menjadikannya dekat dengan orang-orang sederhana dan miskin. Selain itu Allah Ta’ala akan menjauhkannya dari sifat suka berfoya-foya serta perasaan iri dan dengki dari sesama muslim. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa meninggalkan suatu pakaian dengan niat tawadhu’ karena Allah, sementara ia sanggup mengenakannya, maka Allah akan memanggilnya pada hari kiamat dihadapan seluruh makhluk, lantas ia diperintahkan untuk memilih perhiasan iman mana saja yang ingin ia pakai.” (HR. Ahmad, dan Tirmidzi, shahih).

Memulai dari sebelah kanan
Ummul mukminin ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata, “Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam suka mendahulukan bagian kanan daripada bagian yang kiri ketika mengenakan sandal, bersisir, bersuci, dan dalam semua urusannya (yang mulia)” (Muttafaqun ‘alaih). Imam an-Nawawi rahimahullah mengatakan, “Kaidah dalam syariat bahwasanya disunnahkan memulai dengan kanan dalam semua urusan yang berkaitan dengan kemuliaan dan keindahan ” (Syarh Muslim).

Memakai pakaian Putih
Pakaian berwarna putih lebih baik dari pakaian berwarna lain, walaupun (mengenakan pakaian selain putih) itu tidak terlarang. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Pakailah pakaian berwarna putih, karena pakaian berwarna putih lebih suci dan lebih baik. Kafankanlah jenazah kalian dengan kain putih” (HR. Ahmad, an-Nasaa’i, shahih).

Tidak mengenakan pakaian syuhrah (sensasional)
Dikatakan pakaian syuhrah karena pakaian tersebut membuat pemakainya menjadi pusat perhatian, baik karena jenis pakaian tersebut sangat mewah atau sangat berbeda dengan kebanyakan orang atau pakaian tersebut sudah sangat lusuh dan compang-camping atau pakaian tertentu yang dipakai agar menjadi terkenal. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa memakai pakaian syuhrah, maka Allah akan memakaikan pakaian yang serupa pada hari kiamat nanti. Kemudian, dalam pakaian tersebut akan dinyalakan api Neraka” (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah, shahih).

Tidak memanjangkan pakaian hingga melewati mata kaki (isbal)
Hadis-hadis yang melarang isbal (bagi laki-laki) sangat banyak, bahkan mencapai batas hadis mutawatir maknawi. Hadits-hadits dalam masalah ini diriwayatkan dari banyak shahabat, seperti : Ibnu Abbas, Ibnu Umar, Ibnu Mas’ud, Abu Hurairah, Anas, Abu Dzar, dan selain mereka radiyallahu ‘anhum ajma’iin. Diantara hadis-hadis tersebut ialah sabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, “Kain sarung yang terjulur di bawah mata kaki tempatnya ialah di neraka” (HR. Bukhari). Beliau juga bersabda, “Tiga macam orang yang pada hari kiamat nanti Allah tidak akan mengajak bicara, tidak melihat mereka, tidak menyucikan mereka, dan bagi mereka adzab yang pedih.” Kemudian beliau melanjutkan, “(Yaitu) musbil (orang yang isbal), mannaan (orang yang mengungkit-ungkit pemberian), dan orang yang melariskan barang dagangannya dengan sumpah palsu” (HR. Abu Dawud, shahih). Oleh karena itu, pengharaman isbal secara umum bagi laki-laki merupakan perkara yang disepakati oleh para ulama.

Isbal dan kesombongan
Isbal merupakan dosa besar jika disertai dengan kesombongan. Isbal juga tetap diharamkan
(menurut pendapat yang paling kuat) walaupun tanpa disertai kesombongan, karena isbal itu sendiri merupakan kesombongan. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Hati-hatilah kamu dari isbal, karena sesungguhnya isbal merupakan kesombongan” (HR. Ahmad dan Abu Dawud, shahih).

Dimanakah sebaiknya ujung sarung / celana?
Dalam hal ini, terdapat tiga keadaan dimana semua keadaan tersebut merupakan sunnah dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam.
1. Tepat di tengah betis. ‘Utsman bin ‘Affan radhiyallahu ‘anhu berkata, “Sarung Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam ialah sampai di tengah betis beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam” (HR. Tirmidzi). Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma berkata, “Sarung seorang mukmin ialah sampai di tengah betis” (HR. Muslim).
2. Sedikit di atas tengah betis. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sarung seorang mukmin ialah sampai sedikit di atas tengah betis, kemudian sampai tengah betis, kemudian sampai dua mata kaki. Maka barangsiapa di bawah kedua mata kaki, maka dia di Neraka” (HR. Ahmad dan Abu ‘Awwaanah, shahih).
3. Di antara tengah betis, hingga mata kaki. Batasan ini bisa diambil dari hadis di atas.
Untuk mendapatkan penjelasan lebih rinci dalam masalah ini, silahkan meruju’ ke kitab Hadduts Tsaub wal Uzroh, wa Tahriimul Isbaal wa Libaasu Syuhrah karya Syaikh Bakr Abu Zaid rahimahullah.

Tidak memakai emas dan pakaian sutra
Emas dan pakaian sutra haram dipakai oleh kaum laki-laki, tetapi boleh bagi kaum wanita. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Emas dan sutra dihalalkan bagi kaum wanita dari umatku, dan diharamkan bagi kaum laki-laki” (HR. Ahmad dan Nasaa’i, shahih).

Tidak menyerupai pakaian orang kafir
Diantara sikap yang seharusnya dimiliki seorang muslim ialah berusaha menyelisihi setiap urusan orang-orang ahli kitab yaitu Yahudi dan Nashrani, dan orang-orang Musyrik (hindu, budha, dan selainnya). Penyelisihan ini mencakup juga penyelisihan dalam hal berpakaian. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk golongan mereka” (HR. Abu Dawud, “hasan shahiih”).

Tidak menyerupai wanita
Disadari atau tidak, perkara ini telah tersebar di zaman sekarang ini. Kita banyak mendapatkan sebagian pemuda yang menyerupai kaum wanita dalam berpakaian, berhias, dan memilih warna. Padahal perkara itu merupakan perkara yang dilaknat oleh Allah Ta’ala. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah melaknat wanita yang menyerupai laki-laki, dan laki-laki yang menyerupai wanita” (HR. Ahmad, shahih).

Bersyukur dan mengamalkan doa-doa yang berkaitan dengannya
Segala kenikmatan yang diperoleh oleh seseorang merupakan karunia dari Allah Ta’ala semata. Demikian juga dengan pakaian, merupakan kenikmatan yang sangat agung, yang merupakan karunia dari Allah Ta’ala. Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepada kalian pakaian untuk menutupi aurat kalian dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang lebih baik. … ” (QS. al-A’raf : 26)
Oleh karena itu, sudah seharusnya kita bersyukur atas itu semua, baik dengan hati, lisan, dan anggota badan kita.
Berkata Abu Murrah Ath-Tha’ifi r.a. bahwasanya Nabi s.a.w. telah bersabda : Allah telah berfirman:
“Wahai anak Adam! Bersembahyanglah untuk Aku di awal pagi, niscaya Aku akan mencukupimu di akhirnya.”
(Riwayat Ahmad)

Hadis Qudsi ini menganjurkan kita mengerjakan Solat Dhuha yang mana antara faedahnya, Allah Ta’ala memberi jaminan akan melaksanakan segala keperluan-keperluan keduniaan manusia setiap hari.
Antara ibadat sunat yang dianjurkan dan menjadi amalan Rasullullah SAW sendiri ialah solat sunat Dhuha. Banyak hadis-hadis yang mengalakkannya dan menyatakan keutamaannya, antaranya dalam riwayat Abu Hurairah katanya:
“Kekasihku Rasullullah SAW telah berwasiat kepadaku tiga perkara, aku tidak meninggalkannya, iaitu ; supaya aku tidak tidur melainkan setelah mengerjakan witir, dan supaya aku tidak meninggalkan dua rakaat solat Dhuha kerana ia adalah sunat awwabin, dan berpuasa tiga hari daripada tiap-tiap bulan”
(Hadis riwayat Al-Bukhari dan Muslim)
Dalam riwayat yang lain Rasullullah SAW pernah bersabda yang maksudnya :
“Pada tiap-tiap pagi lazimkanlah atas tiap-tiap ruas anggota seseorang kamu bersedekah; tiap-tiap tahlil satu sedekah, tiap-tiap takbir satu sedekah, menyuruh berbuat baik satu sedekah, dan cukuplah (sebagai ganti) yang demikian itu dengan mengerjakan dua rakaat solat Dhuha .”
(Hadis riwayat Al-Bukhari dan Muslim)

Adapun kelebihan sembahyang Dhuha itu sepertimana di dalam kitab “An-Nurain” sabda Rasullullah SAW yang maksudnya : “Dua rakaat Dhuha menarik rezeki dan menolak kepapaan.”

Dalam satu riwayat yang lain Rasulullah SAW bersabda yang maksudnya :
“Barangsiapa yang menjaga sembahyang Dhuhanya nescaya diampuni Allah baginya akan segala dosanya walaupun seperti buih dilautan.”
(Riwayat Ibnu Majah dan At-Tirmidzi)

Dan daripada Anas bin Malik Radhiallahu ‘anhu berkata: “Aku mendengar Rasulullah SAW berkata: “Barangsiapa yang mengerjakan sembahyang sunat Dhuha dua belas rakaat dibina akan Allah baginya sebuah mahligai daripada emas”
(Riwayat Ibnu Majah dan Tirmidzi)

Waktu sembahyang Dhuha ialah dari naik matahari sampai se-penggalah dan berakhir di waktu matahari tergelincir tetapi disunatkan dita’khirkan sehingga matahari naik tinggi dan panas terik.
Cara menunaikannya pula adalah sama seperti sembahyang-sembahyang sunat yang lain iaitu dua rakaat satu salam. Boleh juga dikerjakan empat rakaat, enam rakaat dan lapan rakaat. Menurut sebahagian ulama jumlah rakaatnya tidak terbatas dan tidak ada dalil yang membatasi jumlah rakaat secara tertentu, sebagaimana sebuah hadis yang diriwayatkan oleh ‘Aisyah bermaksud :
”Adalah Nabi SAW bersembahyang Dhuha empat rakaat dan menambahnya seberapa yang dikehendakinya.”
(Hadis riwayat Ahmad, Muslim dan Ibnu Majah)

Dalam sebuah hadis yang lain Nabi SAW bersabda bermaksud :
” Barangsiapa yang menunaikan sembahyang sunat Dhuha sebanyak dua rakaat tidak ditulis dia daripada orang-orang yang lalai daripada mengingati Allah dan barangsiapa yang menunaikan nya sebanyak empat rakaat ditulis akan dia daripada orang-orang yang suka beribadat dan barangsiapa yang menunaikannya sebanyak enam rakaat dicukupkan baginya pada hari tersebut, barangsiapa menunaikanyan sebanyak lapan rakaat Allah menulis baginya daripada orang-orang yang selalu berbuat taat, barang siapa yang menunaikannya sebanyak dua belas rakaat Allah akan membina baginya mahligai didalam syurga dan tidak ada satu hari dan malam melainkan Allah mempunyai pemberian dan sedekah kepada hamba-hambaNya dan Allah tidak mengurniakan kepada seseorang daripada hamba-hambaNya yang lebih baik daripada petunjuk supaya sentiasa mengingatiNya,”. 
(Riwayat At-Thabarani ).
 Bau badan memang yang tidak mengenakkan  orang-orang akan menutup hidungnya dan memandang dengan penuh curiga bila kita memilik bau badan yang amat menusuk. Karena itu, tidak ada salahnya jika kita selalu menggunakan minyak wangi (parfum) agar badan kita menebarkan aroma yang harum. Apalagi di-saat-saat kita ada diantara kerumunan orang seperti acara-acara pesta pernikahan, syukuran, dan lain-lainnya. Maka keharuman badan kita tidak bisa ditolerir lagi, Islam sendiri sangat menganjurkannya. Nabi seringkali memakai minyak wangi kasturi saat beribadah atau saat melakukan interaksi dengan orang-orang di sekelilingnya.

sunnah-nabi-menggunakan-parfum

Menggunakan minyak wangi dalam Islam sangat dianjurkan, sebab hal tersebut bagian dari usaha menjaga kebersihan dan keindahan. Tuhanpun sangat suka dengan hal-hal yang berbau harum, Allah berfirman, ”Sesungguhnya Allah swt menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai  orang-orang yang menyucikan diri.”(QS.2:222). Ayat ini secara tidak langsung menyuruh kita untuk selalu menjaga diri dari hal-hal yang kotor, seperti bau badan karena keringat atau debu, pakaian kumal dan sebagainya dan minyak wangi adalah salah satu obatnya.

Di kesempatan ini, Nabi juga pernah bersabda yang artinya, ”Aku diberi kesenangan di dunia ini, yaitu wanita, harum-haruman, dan kesejukan mata dalam sembahyang (HR.an- Nasa’i). Bayangkan, Nabi sendiri menganggap harum-haruman (minyak wangi) sebagai sesuatu yang menyenangkan. Karena itu hendaklah kita berlomba-lomba mengharumkan diri dengan aroma  minyak wangi dan jangan menolak bila orang lain memberikannya kepada kita, ”Siapa yang diberi harum-haruman hendaknya jangan menolak, karena sesungguhnya ia adalah ringan bebannya dan harum baunya.” ujar Nabi seperti yang tertuang dalam HR.Ahmad bin Hanbal.Abu Daud dan an-Nasa’i.

Pada zaman Nabi saw, jenis minyak wangi yang paling harum baunya adalah minyak kasturi, keterangan ini terdapat pada hampir semua hadits, kecuali al-Bukhari dan Ibnu Majah. Di beberapa daerah di Indonesia seperti Maluku, tumbuhan kasturi banyak ditemukan, Kasturi (Hibiscus abelmaschus atau H Moschatus atau Abelmoschus moschatus atau juga Granum moschatum) juga seringkali dikenal dengan nama gandapura, kapas sedeki, kaoro, kakpasan, regulo, rewulu atau bukal.

Minyak wangi didapatkan dari bahan-bahan alami seperti kulit kayu, daun-daunan, bunga-bungaan, akar-akaran dan sebagainya. Dalam dunia kosmetologi yang telah maju muncul beberapa perusahaan yang memproduksi bahan-bahan wewangian beraneka ragam jenis, bentuk, macam dan baunya pun sehingga konsumen dapat memilih yang sesuai dengan selaranya. Melihat pentingnya eksistensi parfum bagi kita, maka kaum Islam pun menganjurkan kita untuk memakainya. Berikut ini adalah beberapa hal yang dianjurkan oleh Nabi saw  kepada kita unrtuk menggunakan parfum yaitu:
  • Pertama, Ketika hendak pergi shalat Jum’at, sabda Rasulullah “Alangkah baiknya jika salah seorang diantara kamu membeli dua pakaian untuk hari Jum’at, selain  untuk pakaian kerja” (HR. Ibnu Majah dan Abu Daud)  Hadits ini diperkuat lagi dengan sabda lainnya yang berbunyi, ”Hendaknya setiap muslim mandi pada hari Jum’at, kemudian memakai pakaian yang terbaik, dan jika ia mempunyai wangi-wangian, maka hendaklah ia memakainya.”(HR.Ahmad bin Hanbal)
  • Kedua, Untuk mengharumkan Masjid, Aisyah binti Abu Bakar meriwayatkan. ”Rasulullah saw pernah menyuruh mendirikan masjid di kampung dan meminta supaya dibersihkan dan diberi yang harum-haruman.” ( HR.al- Bukhari,Muslim at-Tirmidzi, dan Abu Daud).
  • Ketiga, Untuk mengharumkan Ka’bah, Aisyah binti Abu Bakar meriwayatkan. ”Berilah Baitullah itu wangi-wangian karena yang demikian itu termasuk usaha membersihkannya”. (HR.Ahmad bin Hanbal).
  • Keempat, Ketika hendak memulai Ihram (Haji dan Umrah), Aisyah binti Abu Bakar meriwayatkan, “Aku pernah memberi wewangian kepada Nabi saw ketika (hendak) Ihram dengan minyak yang paling harum”. (HR al-Bukhari dan Muslim).
  • Kelima, Ketika akan shalat hari Raya (Idul Fitri dan Idul Adha) sabda Nabi, ”Rasulullah saw menyuruh pada dua hari raya agar memakai pakaian yang terbaik yang dia punyai dan memakai wewangian yang terharum dia peroleh, serta berkurban dengan (hewan) terbaik yang dia dapatkan”. ( HR. al-Hakim).
  • Keenam, Memakaikannya pada badan mayat yang wafat tidak dalam keadaan ihram, yakni setelah selesai dimandikan, sabda Nabi, ”Rasulullah saw datang kepada kami ketika putrinya meninggal dunia, lalu ia bersabda, Mandikanlah ia tiga kali, lima kali atau lebih dari itu, dan yang terakhir campurlah dengan kapur barus atau sedikit kapur barus. Kemudian jika kamu telah selesai beritahulah saya, Seusai kami memandikannya, kami beritahukan kepadanya, lalu beliau memberikan sehelai kain kepada kami, seraya beliau bersabda, ”Pakaikanlah kain itu padanya”. (HR.al-Jamaah).
  • Ketujuh, Untuk wanita yang baru selesai haid. Aisyah binti Abu Bakar berkata, ”Seorang perempuan dari kaum Anshar bertanya  kepada Rasulullah mengenai cara mandi sesudah haid, Rasulullah bersabda, ”Ambillah sedikit kasturi (minyak wangi), lalu engkau gunakan untuk bersuci (HR.al-Jama’ah kecuali at-Tirmidzi).
Selain itu, Nabi juga melarang kita menggunakan parfum sembarangan. Ada saat-saat tertentu dimana kita dilarang menggunakan parfum, yaitu:
  • Pertama, Memberikannya pada badan  mayat yang wafat ketika Ihram, Ibnu Abbas meriwayatkan, “Tatkala seorang laki-laki wukuf bersama Rasulullah di padang Arafah, tiba-tiba ia jatuh dari kendaraannya yang mengakibatkan  tulang lehernya patah dan kemudian ia wafat. Peristiwa itu disampaikan kepada Nabi, lalu beliau bersabda “Mandikanlah dengan air dan bidara, dan kafani dengan kedua  pakaian ihramnya. Janganlah kamu beri wewangian dan jangan kamu tutup kepalanya, karena Allah akan membangkitkannya pada hari kiamat dalam keadaan ihram.” (Ha.al-Jama’ah).
  • Kedua, Ketika sedang Ihram, Ulama sepakat mengatakan bahwa memakai wewangian selama ihram tidak dibolehkan, Namun menurut hadits  Nabi,  tidak mengapa kalau sekadar mencium wewangian yang datang dari arah lain atau badan orang lain (HR.al-Bukhari).
  • Ketiga, Bagi  wanita  yang sedang berkabung, Nabi bersabda, “Tidak halal bagi seorang perempuan yang beriman kepada Allah swt dan hari akhirat berkabung  lebih dari tiga hari kecuali terhadap suaminya, maka istri saat itu tidak boleh bercelak, tidak boleh memakai pakaian yang bagus, dan tidak boleh memakai wewangian.” {HR.al-Bukhari dan Muslim).  
Terlepas dari saat-saat dibolehkan atau dilarang menggunakan minyak wangi, yang jelas, menggunakan minyak itu jangan sampai berlebih-lebihan. Sebab di antara kita ada saja orang yang sangat alergi terhadap bau harum. Kelebihan minyak wangi bisa mengakibatkan orang tersebut pingsan atau mabuk. Dalam kondisi seperti inilah kita harus bisa menempatkan sesuatu pada tempatnya, dengan kata lain, gunakanlah minyak wangi yang sedang-sedang saja atau secukupnya. 

Abu Musa As-Soleh Dan Sebuah Epal

Kisah seorang hamba Allah yang diberi nama Abu Musa As-Soleh

Pada suatu hari, Abu Musa As-Soleh menjumpai sebuah epal yang hanyut di sungai. Kemudian dia gigit sedikit buah epal itu. Tiba-tiba dia teringat buah yang dia makan tu buah yang haram kerana tidak meminta izin pemilik buah itu.

Hatinya berkata " Aku kena mencari pemilik buah epal ini dan minta dihalalkan "

Abu Musa As-Soleh mencari pokok di persisiran sungai itu sehinggalah dia bertemu dengan satu dahan yang terjuntai ke sungai dan ternyata benar dahan tersebut adalah dahan buah epal.


Dia ternampak seorang pak cik sedang mencangkul berdekatan dengan pokok epal itu. Tanpa membuang masa, dia terus berjumpa dengan pak cik itu dan meminta halalkan epal yang dia makan tadi.

Pak cik itu kagum kerana tiada pemuda yang sejujur ini hanya kerana menggigit sedikit sahaja buah epal sudah gelisah dan sanggup mencari pak cik itu untuk menghalalkan apa yang dia makan.

Pak cik itu bersetuju tapi dengan satu syarat iaitu Abu Musa As-Soleh mesti jadi hambanya selama 10 tahun.

Abu Musa As-Soleh bersetuju yang penting buah epal yang dimakan tu dihalalkan.

~10 tahun berlalu~

" Saya sudah 10 tahun jadi hamba tuan, boleh tuan halalkan buah epal itu ? ", kata Abu Musa As-Soleh.

" Boleh, tapi dengan satu syarat lagi. Kamu mesti kahwin dengan anak perempuan saya. Tapi anak perempuan saya itu buta, pekak, bisu dan lumpuh ", jawab pak cik itu.

Abu Musa As-Soleh bersetuju juga.

Akhirnya Abu Musa As-Soleh berkahwin dengan anak perempuan pak cik itu.



Ketika Abu Musa As-Soleh hendak masuk ke bilik, dia ketuk pintu dan beri salam.

" Waalaikummussalam ", jawab anak perempuan pak cik itu.

Abu Musa As-Soleh terkejut kerana kata pak cik itu anaknya bisu tapi boleh bercakap.

Abu Musa As-Soleh cakap pada pak cik itu merangkap ayah mertuanya.

" Ayah, salah orang ni "

" Betul, itulah isteri kamu. Pergilah ", kata pak cik itu.

Dia masuk lagi ke bilik itu. Dia terkejut lagi kerana perempuan itu sangat cantik malah tidak buta, bisu, pekak dan lumpuh. Dia keluar lagi berjumpa dengan ayah mertuanya dan bertanya hal yang sama.

" Ayah, salah orang ni "

" Betul, itulah isteri kamu. Pergilah ", kata pak cik itu.

" Tapi ayah kata dia bisu, pekak, buta dan lumpuh tapi dalam bilik itu bukan ? ", kata Abu Musa As-Soleh.

" Benar. Memang dia bisu tapi BISU kerana tidak pernah bercakap benda yang haram. Memang dia pekak tapi PEKAK kerana tidak pernah dengar benda yang haram. Memang benar dia buta tapi BUTA kerana tidak pernah melihat benda yang haram dan memang benar dia lumpuh tapi LUMPUH kerana tidak pernah ke tempat yang haram "

Akhirnya, hasil antara hubungan Abu Musa As-Soleh dan perempuan suci itu lahirlah seorang Wali Allah yang diberi nama Sheikh Abdul Kadir Jailani.

CINA MUSLIM

     Cina Muslim adalah suatu realiti di dunia. Bilangannya tidak kurang ramainya di dunia. Namun pandangan masyarakat di Malaysia bila disebut orang cina, pasti umat muslim secara automatiknya membayangkan bayangan orang kafir yang beragama Bhudda. Ini adalah simptom yang negatif, perlu dikikis dalam benak seorang muslim. Sampaikan masyarakat sudah lali dengan sebutan 'agama Cina' yang secara hakikatnya bukanlah istilah yang tepat kerana cina bukanlah suatu agama, tapi suatu bangsa. Serupalah seperti istilah 'agama Melayu'. Istilah yang tidak tepat, bahkan kita merasa janggal.

     Masyarakat Cina Muslim di Malaysia seolah-olah 'third class muslim'. Mereka kurang mendapat perhatian oleh masyarakat muslim yang lain. Mereka juga mendapat layanan yang kurang baik daripada masyarakat dan juga institusi kerajaan yang menguruskan hal ehwal mualaf. Sehinggakan hak mereka juga seolah-olah dinafikan sebagai asnaf zakat. Sebahagian daripada mereka juga berhak mendapat dua bahagian dalam asnaf zakat iaitu sebagai mualaf dan orang miskin, namun apa yang mereka dapat hanyalah layanan yang buruk. Maka tidak hairanlah sekiranya kita melihat kebanyakan orang Cina lebih memilih jalan selain Islam kerana sikap masyarakat Muslim di Malaysia tidak langsung mencerminkan Islam itu sendiri. Maka, kebanyakan mereka langsung tidak tertarik terhadap Islam meskipun sudah bertahun lamanya hidup di negara majoriti Muslim.

     Mungkin kita lupa hutang yang perlu dibayar kepada masyarakat Cina. Hutang yang pastinya belum langsai. Hutang yang pasti akan di'tagih' oleh mereka di akhirat kelak.

Teori Kedatangan Islam Melalui Cina.

     Cina merupakan suatu bangsa yang gah di dunia, dan tidak kurang besar sumbangannya dalam tamadun Islam. Kalau kita lihat hari ini di negara China yang mempunyai bilangan penduduk lebih daripada 1.5 juta,  sekurang-kurangnya 20 juta Muslim. Namun angka ini terlalu kecil berbanding dengan angka yang sebenarnya. Saya percaya, bilangannya mencecah 100 juta, dan mungkin lebih daripada itu sekiranya kita menilai faktor sejarah yang sahih. Sejarah membuktikan bahawa Islam sudah datang ke Negara China seawal tahun 650 Masihi oleh rombongan yang diketuai oleh Sa'ad Bin Abi Waqqas, seorang sahabat Nabi Muhammad, sebagai perwakilan rasmi kepada Maharaja Gaozong.

(Gambar Masjid Cina)

     Kedatangan rombongan yang dihantar oleh Khalifah Uthman itu menjadi titik mula penyebaran Islam di bumi China. Maharaja Tang yang menerima rombongan itu mengarahkan pembinaan masjid peringatan di Canton, yang merupakan masjid pertama yang dibina di negara itu. Zaman Dinasti Tang adalah zaman keemasan China dengan budaya kosmopolitan yang membantu memperkenalkan agama Islam. Pemastautinan orang Islam pertama di China terdiri daripada saudagar Arab dan Parsi. Di kawasan tersebut, kabilah Hui Chi menerima Islam, dan nama tersebut menjadi permulaan kepada rujukan terhadap huihui atau Hui sebagaimana yang mereka dikenali hari ini.

     Pada zaman pemerintahan Bani Umayyah, Khalifah Al-Walid telah menghantar pasukan tenteranya ke sempadan Negeri China. Ketua pasukan tentera tersebut telah menghadap raja China dan berunding dengannya. Menurut catatan Cina, pada abad ke-9, ramai penduduk di sebelah selatan negara China khususnya Yunan, China telah memeluk Islam. 

     Pada suatu masa, berlaku huru hara di daerah Yunan tersebut, lalu ramai Muslim berhijrah ke Asia Tenggara. Antara mereka ada yang menetap di Champa, Kemboja dan ada juga yang menetap di Negeri Pantai Timur Tanah Melayu.Oleh sebab itulah,sesetengah seni bina masjid lama di Kelantan dan Demak, Indonesia mempunyai senibina Cina. 

     Sesetengah ahli sejarawan tempatan berpendapat kedatangan Islam ke Nusantara melalui China telah berlaku pada akhir abad ke-10 dengan awal abad ke-11. 

     Emanuel Godinho De Evedia mengatakan Islam datang ke Nusantara dari China melalui Canton dan Hainan pada kurun ke-9 Masihi. Penemuan ini terbukti hasil penemuan batu bersurat di Kuala Berang, Terengganu yang terletak di Pantai Timur Tanah Melayu. 

Perkembangan Agama Islam di Malaysia.

     Meskipun bilangannya terlalu sedikit, namun masyarakat Cina Muslim mempunyai sejarahnya yang panjang di Tanah Melayu dan telah wujud sekurang-kurangnya 600 tahun yang lampau. Mereka terdiri daripada pedagang dan penduduk yang berhijrah ke Tanah Melayu. Ketika Tanah Melayu di era penjajahan, perkembangan mereka sangat perlahan kerana faktor penjajah. Polisi yang dibuat oleh penjajah menyebabkan hubungan perdagangan antara Tanah Melayu dan China merosot, sekaligus membantutkan perkembangan Cina Muslim di Tanah Melayu. Sehingga tahun 1908, masyarakat Cina Muslim
hanyalah sedikit berbanding dengan masyarakat Cina bukan beragama Islam. Berikut merupakan statistik pada tahun 1908:



Jumlah Populasi Cina
Cina Muslim
Jumlah Populasi Muslim

Negeri-negeri selat




Singapura

164.041

4.920   (3%),(8.8%)*    

55.673

Pulau Pinang & Seberang Perai

98.424

2.952   (3%), (2.2%)

134.110

Melaka

19.394

   880   (4.5%), (1%)

77.495




Persekutuan melayu bersekutu




Kesultanan Perak

149.375

4.479  (3%), (2.7%)

164.746

Kesultanan Pahang

8.695

  258  (3%), (0.3%)

74.745

Kesultanan Negeri Sembilan

32.901
  
 987  (3%), (1.6%)

60.749

Kesultanan Selangor

108.768

3.251  (3%), (6.2%)

52.478




Borneo Utara British

Sabah, Sarawak & Labuan

200  (0.48%), (sebilangan kecil) 

        41.220




* Angka-angka dalam kurungan adalah nisbah Cina Muslim masing-masing kepada jumlah penduduk Cina dan jumlah umat Islam.


     Daripada statistik di atas, kita dapat melihat bahawa bilangan Cina Muslim menunjukkan 17,927 daripada   581,598 penduduk Cina dan daripada 661,216 jumlah penduduk Islam kaum-kaum lain. Cina Muslim  mewakili 3%  penduduk Cinadan hanya 2.7% daripada semua umat Islam.

     Kemudian masyarakat Muslim Cina terus berkembang dengan kadar yang agak perlahan sehingga ke hari ini. Menurut statistik Banci 2000, 75.9% orang Cina mengaku beragama Buddha, diikuti ramai penganut Taoisme (10.6%) dan Kristian (9.6%), di samping sebilangan kecil Hui-Muslim di tempat-tempat tertentu seperti Pulau Pinang. Bilangan mereka hanyalah lebih kurang 1% daripada 7.5 juta masyarakat Cina keseluruhannya.